PENGARUH TV TERHADAP PERKEMBANGAN JIWA ANAK, OLEH ELIZABETH L,WAHYUDI, GURU BK SMP PENABUR

Begitu besarnya peran dan daya pikat yang dibuatnya membuat pengaruh televisi sering amat dominan dalam kehidupan anak Anda. Bahkan akibat lebih ekstrim, televisi dianggap anak-anak sebagai panutan, bukan Anda sebagai orang tuanya. Persoalannya kini, sebagai orang tua relakah Anda bila peran Anda diganti televisi?


Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di masa datang, sekaligus untuk mengembalikan peran orang tua sebagai panutan dalam keluarga, Australian's Children Television Action Committee mencoba memberikan pedoman. Pedoman ini dilandasi dengan berbagai penelitian. Pada dasarnya amat diharapkan agar kepada anak-anak dikembangkan sikap aktif dan kritis dalam menonton tayangan televisi, dan jangan ragu untuk menghubungi stasiun televisi apabila ada program yang disiarkan tidak sesuai atau tidak cocok dengan dunia mereka (anak-anak).


Tahukah Anda?
• Rata-rata, anak-anak menghabiskan waktu antara 3 - 3,5 jam per hari untuk menonton tayangan televisi 

  termasuk satu jam tayangan iklan.
• Selama setahun, seorang anak menyaksikan 25.000 iklan di televisi dan 90 persen dari iklan itu ditujukan 

  langsung untuk anak-anak dan menyajikan makanan-makanan bergizi rendah.
• Selama masa sekolah, anak-anak diperkirakan menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan di televisi.
• Film-film kartun juga sering/menyuguhkan kekerasan, beberapa di antaranya menggambarkan 84 adegan 

  kekerasan per jam.
• Berbagai film kartun yang menggam barkan sejumlah tokoh, sebenarnya didasarkan pada macam-macam 

  mainan, dan tidak kurang dari 30 menit iklan digunakan untuk mempromosikan produk-produk itu.
• Anak-anak menyaksikan televisi tanpa kontrol dapat dikaitkan dengan meningkatnya kekerasan, perilaku 

  agresif, dan hasil akademik/belajar yang jelek.
• Anak-anak di bawah usia empat tahun menghadapi kesulitan dalam membedakan antara fantasi dan 

   kenyataan.
• Banyak anak-anak dirusak 'kepekaannya', dan mudah bertindak kasar. Ini merupakan salah satu akibat 
   menonton televisi.
• Menyaksikan televisi sebelum sekolah, dapat menurunkan daya tangkap anak-anak terhadap pelajaran di 

   sekolah.
• Berita-berita yang disuguhkan televisi, seringkali hanya merupakan katalog tindakan kekerasan yang dapat 

   menyebabkan ketakutan dan kebingungan di antara anak-anak.
• Penyebab utama kematian remaja adalah kecelakaan di jalanan, 50 persen darinya karena pengaruh 

  alkohol. Alkohol sering memberi gambaran glamour dan cara menarik televisi kepada penontonnya.


Akibat lebih jauh
Terlalu sering menyaksikan kekerasan, menimbulkan:
• Perilaku agresif
• Anak menjadi kurang kooperatif (tidak memiliki sikap kerja sama - red), kurang sensitif kepada yang lain.
• Keyakinan kepada anak-anak, segala persoalan hanya dapat "diselesaikan" lewat kekerasan.
• Keyakinan pada anak-anak, dunia televisi menghadirkan dunia nyata, bukan fantasi. Anak-anak menjadi 

   lebih takut.
• Sulit mengekspresikan diri. Apabila sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di depan televisi, dapat 

  dipastikan:
• Anak-anak tidak akan mendengarkan bila Anda berbicara kepadanya, anak-anak tidak mau berbicara 

  dengan Anda dan anak- anak sulit mengekspresikan diri.
• Mereka sering meniru kekerasan 'pahlawan televisi' dan perilakunya.
• Mereka akan sering meminta hal-hal yang diiklankan di televisi.
• Bila bermain, mereka lebih agresif daripada kreatif dan konstruktif.
• Mereka akan menemui kesulitan dalam berbaur dengan anak-anak lainnya.
• Mereka mungkin "tidak mampu" mendengarkan cerita, dan mengembangkan kebiasaan membaca.
• Anak-anak sulit tidur karena berkaitan dengan ketakutan terhadap kekerasan yang ditampilkan di televisi.
• Mereka mengharapkan pemecahan segera bila menemui berbagai masalah.


Segi positif
Meskipun televisi mengandung sejumlah unsur negatif, ia juga mempunyai segi-segi positifnya. Televisi dapat menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak Anda. Yang penting, anak-anak punya waktu cukup untuk bermain dengan teman-teman dan mainannya, punya waktu cukup untuk membaca cerita dan istirahat/tidur, punya waktu untuk berjalan-jalan dan menikmati makan bersama keluarga. Anak-anak umumnya senang belajar dengan melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun dengan Anda.


Untuk itu kepada orang tua diharapkan untuk:
1. Membaca dan memilih acara-acara televisi yang dihadirkan berbagai media massa. Bila ada program yang 

    Anda nilai kurang cocok, jangan nyalakan pesawat televisi.
2. Beranikan diri Anda hanya membeli video games yang mengandung unsur pendidikan dan mempromosikan 

    nilai-nilai sosial.
3. Ajarilah anak Anda untuk mematikan televisi bila program yang dipilih sudah berakhir.
4. Ajaklah anak-anak membuat aturan yang masuk akal seperti:
1. a) batasan waktu untuk menyaksikan televisi
2. b) tidak boleh menonton televisi sambil makan
3. c) tidak menonton televisi sebelum sekolah
5. Coba memilih, melihat, mendiskusikan bersama anak Anda mengenai program yang sudah dipilih.
6. Dalam menyaksikan televisi, usahakan Anda terlibat di dalamnya, baik dalam menyanyi maupun aktivitas 

    lain.
7. Hubungkan program-program televisi yang disaksikan dengan pengalaman-pengalaman anak Anda.
8. Jelaskan kepada anak-anak mengenai maksud iklan-iklan yang ditayangkan dan cara-cara yang digunakan 

    untuk menjual produk.
9. Di sekolah, anak Anda sering mendapat 'tekanan' dari teman-temannya untuk menyaksikan program 

    tertentu. Mungkin Anda dapat menyaksikan program itu bersama anak Anda, dan coba jelaskan mengapa 
    program tersebut tidak pantas untuk ditonton. Dukunglah anak Anda untuk berani menentang tekanan-
    tekanan itu.
10. Berbicara bersama sebagai satu keluarga mengenai program-program televisi, termasuk iklan yang dapat 

     memberi sejumlah keuntungan untuk mendiskusikan nilai-nilai yang Anda kehendaki.


Acara televisi adalah teman main anak Anda. Jadi, tanyai diri Anda sendiri, "Apakah aku membiarkan anakku keluyuran dengan orang ini dan acara ini?"


Bahan Bacaan:
1. Chen, Milton, "ANAK-ANAK DAN TELEVISI", PT Gramedia, Jakarta.
2. "BILA TV MENJADI NAHKODA RUMAH TANGGA ANDA", Kompas, 4 April 1995.
Elizabeth L. Wahyudi, Guru Bimbingan Konseling SLTPK VII BPK Penabur KPS Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar